TAMPA MEMBACA SANTRI TIDAK AKAN PINTAR
Membaca merupakan sebuah kewajiban santri atau seorang yang ingin
bertambah wawasannya, pengetahuannya atau keilmuannya, tampa mengeluarkan dalil
atau argumentati dengan dasar logika saja, bagaimana bisa mendapatkan yang
disebut di atas tampa membaca dan mengaji atau hadir di majlis-majlis ilmu
serta tampa aktif di forum-forum diskusi. Bisa dikata mustahil mendaapatkan
tambahan, oleh karenanya membaca merupakan sebuah keharusan dan kewajiban untuk
seluruh santir yang ingin bertambah scien (ilmu).
Membaca tidak hanya sekedar membaca atau sekedar melintasi atau melewati
saja, dalam membaca butuh ikatan konsentrasi kehusyukan yang tinggi agar
menimbulkan keasyikan sehingga lupa memperhatikan kanan-kiri sehingga membaca
betul-betul menjadi sebuah rekreasi yang mengasikan, jika rasa senang membaca
sudah tertambat sanubari maka ketika dilarang membaca merupakan sebuah musibah
besar menimpa dalam diri.
Untuk membuat gila membaca atau asyik membaca dengan konsentrasi memang
sedikit membutuhkan perjuangan atau
pengorbanan pada tahap awal-awal, akan tetapi jika sudah melewati fase sulit
dan keasyikan membaca hadir maka dengan sendirinya akan menyihir dan
menimbulkan keasyikan yang luar biasa, sehingga dengan sendirinya tiada waktu
tampa membaca.
Konon, ketika Nabi Muhammad SAW menerima perintah membaca ‘’Iqra’” badan
beliau menggigil dengan sedikit nafas tersenggal-senggal. Beliah sesekali
bertanya kepada Malaikat Jibril bertanya “ma’na bi qari’” dijawab oleh
Malaikat Jibril ‘’Iqra’” terus hal ini diulang – ulang sampai empat kali
dengan jawaban yang sama, baru setelah itu Malaikat Jibril menjawab ‘’Iqra
Bismirubbikal ladzi kholaq” Malaikat Jibril menekan Nabi Muhammad agar konsentasinya
terpusat.
Dalam taafsir isyari disebutkan dalam ilmu simantik ketika ada fiil
amar tampa objek beratti fiil amar tersebut mempunyai arti individual am
kaitannya dengan ‘’Iqra’” apa saja yang harus dibaca, dalam hal ini
santri silahkan baca apa saja sesuai dengan perintah Alloh ‘’Iqra’” yang
terpenting jangan sampai membaca dengan sesuatu yang berseberangan dengan yang
telah diajarkan dibangku sekolah atau bacaan-bacaan yang bertentangan dengan
garis garis besar haluan pesantren.
Menurut mas Dwy Sa’dollah membacaa bukan hanya sekedar mengerutkan dahi. Atau,
menjelajah dunia dari meja kecil dengan lembar-lembar lusuh dan buku yang
berserakan. Atau menambah muaatan memori dengan informasi dan teori-teori
jelimet atau sekedar iseng dengan buku-buku
humor atau fiksi yang tidak jarang membuat kita bertamasya. Tentu tidak sekedar
itu pesannya.
Membaca akan mempengaruhi si pembeca dari hal yang sederhana sedikit
banyak akan menyebabkan berubah pemikiran bahkan tidak jarang bisa merubah sebuha
keyakinan disebabkan pengaruh yang terselip dibalik lembaran kertas yang
dibaca, membaca menjadi sebuah jembatan transformasi pengetahaun yang berdampak
besar terhadap pribadi dan etika seseorang serta pemikiraannya oleh karenanya santri
harus senang membaca bahkan wajib akan tetapi haarus arif dan bijak serta harus
memfilter bacaan-bacaaan yang hendak dibaca.
Membaca harus bisa menyebabkan diri lebih baik, lebih sopan, lebih dewasa
tentunya bahan bacaaan harus bacaaan yang mengarah terhadap hal yang dimaksud,
seiring dengan laju terus perkembangan zaman untuk membangun dan mengembangkan
apapun tidak lepas dari membaca kitab buku, zaman saat ini serba kertas maka
tidak pilihan lain selain terus membaca dan membaca, tentu dengan pilihan
pilihan bacaaah yang mengarahkan kepada arah kebaikan, selamat membaca teruslah
membaca dan membaca.
Posting Komentar untuk "TAMPA MEMBACA SANTRI TIDAK AKAN PINTAR"