RELA KERJA UNTUK BEKAL MONDOK
Saat ini kedatangan tiga teman, bersamaan suasana cerah berselimut mendung, kita ngobrol sambil rujakan, sampai akhirnya para teman bercerita tentang perjuangan mondok ke pondok, dari tiga kisah mereka bertiga ada yang membuatku tertegun kepada sahabat saya yang satu, bahwa dia pengen mondok sejak kelas enam Ula dan baru terkabulkan ketika kelas II ulya, dia rela sekolah sambil kerja bangunan, dan menabung hasil kerjanya sebagai bekal untuk mondok ke pesantren.
Kesemangatan untuk mencari ilmu terkadang terhalang oleh bekal pembiayaan, ada keinginan tapi faktor ekonomi menghalangi, sehingga tidak sedikit harus rela meninggalkan keinginan melanjutkan mondok dalam rihlah ilmiah.
Tapi tidak dengan sahabat yang barusan bercerita panjang lebar tentang perjalanannya sampai ditakdir oleh Alloh menjadi ustadz tugas, bahwa demi mencapai keinginan menjadi santri dan melanjutkan mondok, dia rela kerja bangunan selama hampir satu tahun, sambil kerja dia tetap aktif mengikuti kegiatan pembelajaran di Madrasah dekat rumahnya, setiap hari kerja setengah hari dan setengah harinya masuk sekolah Madrasah.
Hasil dari kerja dia tabung sedikit demi sedikit, akhirnya terkumpul sekitar tiga jutaan, namun menjelang berangkat ke pondok, dia diberi cobaan oleh Alloh ayahnya meninggal dunia, padahal yang paling semangat mensupport dan memotivasi mondok adalah ayahnya. Ayahnya sering berkata kepada dia cong mon been monduk keh kuk lakkuk makih tana juwel untuk biayanah been cong (cong jika kamu mau mondok nanti meski tanah jual untuk biaya kamu cong) ini salah satu dukungan ayahnya untuk dia agar bisa mondok di pesantren, namun ternyata ayahnya lebih dikasihin oleh Alloh.
Sehingga tabungan hasil dia kerja yang rencana awal untuk biaya mondok, dia serahkan kepada keluarganya untuk pembiayaan ayahnya selama tahlilan, sebagai bentuk pengabdian dia kepada ayahnya, hal ini mengingatkan kepada dawuh Gus Baha' Hartamu habis untuk merawat orang tua, berarti habis digunakan untuk ibadah. Gus Baha mengatakan jika hal tersebut terjadi kepadanya, maka beliau senang karena uangnya habis digunakan untuk bersikap baik kepada orang tua. Begitu juga yang terjadi kepada sahabatku lebih baik, harta habis demi merawat orang tua tuturnya. Sambil lalu dia mengusap pipinya karena air mata kristal jatuh dari kelopak matanya, ingat kepada keinginan ayahnya untuk memondokkan dia. Oreng seppo abdinah lakar kan songkanan keng semangat se mamondukkeh guleh (orang tua saya sakit sakitan tapi sangat semangat untuk memondokkan ku), saya diajarin tentang kesemangatan dia, tidak gengsi kerja bangunan, demi mempunyai cita cita tinggi pengen mondok, sungguh perjuangan luar biasa demi sebuah asa, ada terkadang anak orang berkecukupan tapi tidak mau ketika dimondokkan.
Setelah tujuh hari orang tuanya wafat, setelah musyawarah bersama keluarga maka diputuskan untuk tidak lanjut mondok karena uang untuk bekal sudah habis, lebih baik adeknya suatu saat nanti keputusan musyawarah keluarga, dia pasrah karena memang faktor ekonomi dan bekal sudah habis hasil kerjanya untuk merawat ortunya. Akhirnya dengan terpaksa dan berat hati dia pamit kepada guru tempat dia sekolah, bahwa dia tidak siap melanjutkan mondok karena faktor bekal, dia pamit boyong untuk pergi kerja ke malaysia dan setelah satu tahun kerja, setelah punya hasil maka akan melanjutkan lagi mondok, tapi sang guru tidak mengizinkan bahkan sang guru siap untuk menanggung biayanya, berulang kali mencoba untuk pamit berulang kali guru tidak mengizinkan agar tetap melanjutkan mondok.
Akhirnya mengikuti irsyadah sang guru, keinginan mondok ditakdirkan oleh Alloh, dan mondok selama satu tahun di pondok masuk kelas 2 Aliyah dan tahun ini sedang tugas mengabdi ditengah masyarakat. Tidak ada yang tidak mungkin jika ada keinginan bulat, jika Alloh sudah berkehendak maka sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.
Posting Komentar untuk "RELA KERJA UNTUK BEKAL MONDOK"